Tulisan "Kelahiran Arkeologi Indonesia Di Ilmu Sosial Dan Perkembangannya Ke Ilmu Alam" yang ditulis oleh Hendri A. F. Kaharudin memberikan gambaran yang menyeluruh tentang perkembangan arkeologi dari sudut pandang ilmu sosial hingga ilmu alam.
Sejak zaman Yunani Kuno, manusia telah memiliki ketertarikan yang kuat terhadap kehidupan nenek moyangnya, yang tercermin dalam sejarah dan mitologi. Istilah "historia" dan "archaiologia" digunakan untuk merujuk pada pemahaman masa lalu, yang merupakan dasar bagi kelahiran ilmu arkeologi di Eropa pada abad ke-14. Pada masa itu, minat terhadap benda-benda antik memunculkan peran antiquarian, yang kemudian berkembang menjadi bidang studi arkeologi modern. Di Indonesia, minat terhadap warisan budaya kuno juga tertuang dalam berbagai ekspedisi arkeologi yang dilakukan selama masa kolonialisme.
Seiring waktu, ilmu arkeologi berkembang menjadi disiplin yang lebih kompleks, dengan pendekatan kultural-historis yang awalnya mendominasi beralih ke arah arkeologi prosesual yang lebih berbasis ilmu alam. Gerakan arkeologi prosesual menekankan penggunaan teknik-teknik ilmu alam yang lebih terukur dan objektif dalam penelitian arkeologi. Namun, paradigma post-prosesual kemudian menyoroti bahwa objektivitas absolut mungkin tidak tercapai dalam penelitian arkeologi, karena setiap penelitian akan selalu dipengaruhi oleh bias peneliti.
Tulisan tersebut juga membahas berbagai pendekatan dalam penelitian arkeologi, termasuk pendekatan neoevolusionisme, fenomenologi, dan arkeologi feminis yang menyoroti peran gender. Di samping itu, sumbangan ilmu alam dalam arkeologi juga disoroti, seperti penggunaan metode penanggalan radiokarbon dan analisis kimia dalam mengidentifikasi sumber artefak.
Secara keseluruhan, tulisan ini menggambarkan evolusi ilmu arkeologi dari sudut pandang yang luas, mulai dari fondasi di ilmu sosial hingga adopsi teknik-teknik ilmu alam yang mendalam. Hal ini mengilustrasikan kompleksitas dan keragaman dalam pendekatan dan metodologi penelitian arkeologi, serta pentingnya interdisiplinaritas dalam memahami warisan budaya manusia.
daftar acuan
0 Komentar