Jejak Gemilang: Pada suatu masa yang kini jauh terpaut dari hari ini, terjalinlah rentetan peristiwa yang membentuk jalan sejarah yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam landasan sejarah itu sendiri, terhamparlah cerita yang tak ternilai bagi umat Islam, yang mengisahkan lahirnya peradaban Islam yang megah. Namun, cerita ini tak dimulai dari tanpa apa-apa; ia berawal dari tanah Arab, tempat di mana sehelai benang pun tak luput dari perhatian sejarah.
Di tengah gurun pasir yang tandus, terletaklah kota Makkah, di mana suatu bangunan tegak kokoh menyembul di antara reruntuhan kehidupan zaman dahulu: Ka’bah, yang kini menjadi pusat rohaniah bagi setiap Muslim yang menjejakan kakinya dalam ibadah haji. Namun, sebelum datangnya gemerlap Islam, bangsa Arab hidup dalam kegelapan zaman kebodohan, menyembah berhala yang mereka anggap sebagai dewa.
Namun, tiada kata terlambat dalam buku sejarah. Saat itu, terbitlah cahaya Islam, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, membawa berkah bagi bangsa Arab yang terbelakang. Dengan kebijaksanaan dan petunjuk dari Sang Nabi, bangsa Arab yang dulunya terpinggirkan, kini melangkah maju, membina peradaban yang megah, mengukir namanya dalam lembaran sejarah manusia.
Dalam era kepemimpinan Nabi, damai dan keamanan melingkupi bumi Arab. Tak ada masalah yang terlalu besar, tak ada pertikaian yang tak terselesaikan dengan bijaknya tangan Nabi. Makkah dan Madinah menjadi saksi bisu dari gemilangnya zaman itu, di mana agama dan negara menyatu dalam satu wadah yang utuh.
Namun, segala sesuatu memiliki akhir, begitu juga kepemimpinan Nabi. Dan dalam kekosongan yang ditinggalkannya, muncullah tantangan bagi kaum Muslimin untuk menentukan arah masa depan mereka. Abu Bakar, Umar, Usman, Ali—mereka adalah penerus teguh yang membimbing umat melalui badai dan gemuruh zaman.
Namun, tidaklah suatu kejayaan datang tanpa rintangan. Di tengah jalan, pemberontakan dan perselisihan muncul, mempertanyakan landasan kekuasaan yang mereka junjung. Dan dari pertarungan itu, terlahirlah tiga golongan yang menjadi warna dalam kisah panjang kepemimpinan.
Namun, kekuasaan selalu terguncang oleh perubahan, oleh gelombang waktu yang tak kenal ampun. Dinasti-dinasti tumbuh dan runtuh, seperti gelombang yang datang dan pergi di tengah lautan sejarah. Namun, Islam tetap bertahan, terus tumbuh, dan menyebar ke pelosok dunia.
Dari kejayaan Baghdad hingga kemunculan Spanyol sebagai pusat peradaban Islam yang cemerlang, Islam terus berkembang. Para pemimpin bijaksana memimpin dengan tangan yang kuat, mempersatukan umat dalam toleransi yang tinggi.
Namun, roda sejarah terus berputar. Revolusi industri, pergolakan politik, dan ambisi bangsa-bangsa Barat membuat Islam terjepit. Namun, kekuatan Islam tak lekang oleh zaman, terus berkembang, terus meluas, hingga di bumi Nusantara, di antara ribuan pulau yang tersebar di samudra luas, di sana, Islam tumbuh, mengakar, dan berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya.
Sumber:
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hitti, Philip K. 2002. History of Arabs ed terjemah . Jakarta: Serambi.
Amin, Samsul 2009. Sejarah Peradapan Islam . Jakarta: AMZAH
0 Komentar